Breaking Articles

Di Bangku Cadangan


Budi adalah pemain sepak bola yang rajin. Setiap sesi latihan, ia datang lebih awal dan pulang paling akhir. Pelatih sering memuji teknik kontrol bolanya, kecepatan, dan naluri mencetak gol yang tajam. Namun, entah mengapa, tiap kali hari pertandingan tiba, nama Budi selalu tertulis di bangku cadangan.

Para pemain yang diturunkan justru sering tampil mengecewakan. Bola mudah direbut lawan, serangan tumpul, dan koordinasi amburadul. Kekalahan demi kekalahan terus menumpuk.

Penonton mulai geram. Sorakan cemooh bergema dari tribun:

“Main terus yang itu-itu saja, kalah lagi!” “Ganti Budi dong! Masukin Budi!”

Tapi suara-suara itu tak pernah dihiraukan pelatih. Budi tetap duduk diam di tepi lapangan, menggenggam botol air dengan tangan yang sudah dingin oleh angin malam. Hanya sekali-dua kali ia dimasukkan, itu pun di menit akhir saat skor sudah tertinggal jauh. Tak cukup waktu untuk membuktikan apa pun.

Namun, anehnya, tiap kali tim kalah, amarah suporter justru dilampiaskan padanya.

“Itu Budi cuma jago latihan doang!”

“Waktu main nggak pernah bikin perubahan!”

“Nggak ada gunanya simpen pemain kayak gitu!”

Budi hanya bisa menunduk. Ia tidak mengerti. Ia tidak pernah diberi cukup kesempatan, namun tetap jadi sasaran. Kadang ia berpikir untuk menyerah. Tapi di balik rasa frustrasinya, ada tekad kecil yang terus menyala. Ia masih percaya, suatu saat, lapangan akan memberinya ruang untuk bicara.

Dan ketika hari itu datang, semua akan melihat bahwa di bangku cadangan, ada seorang pejuang yang selama ini diabaikan. Namun semua itu tak pernah terjadi karena dia tak pernah diturunkan sampai musim berakhir.(cgpt) 


Tidak ada komentar